1. HUKUM NUN MATI
- Izh-har Halqi, yaitu
pembacaan nun mati atau
tanwin yang sesuai
makhroj-nya (tidak di-ghunnah-
kan) apabila bertemu dengan
salah satu huruf izhhar.
Huruf-huruf izhhar adalah : ﺀ
ـ ﺓ ـ ﻉ ـ ﺡ ـ ﻍ ـ ﺥ
Contoh-contoh izhhar:
ﻣﻦ ﻫﺎﺩ ـ ﻣﻦ ﻋﻠﻢ ـ ﻋﻴﻦ ﺀﺍﻧﻴﺔ ـ
ﻓﺮﻳﻘﺎ ﻫﺪﻯ ـ
ﻳﻨﻬﻮﻥ ـ ﺃﻧﻌﻤﺖ
- Idgham, yaitu pengucapan
nun mati atau tanwin
secara lebur ketika bertemu
huruf-huruf idgham, atau
pengucapan dua huruf seperti
dua huruf yang di-
tasydid-kan. Ketentuan ini
berlaku ketika pertemuan
nun mati dengan huruf idgham
dalam dua kata yang
terpisah. Idgham dibagi dua
yaitu:
> Idgham bil ghunnah atau
ma’al ghunnah (yang harus
digunakan)
> Idgham bila ghunnah
(yang tidak boleh digunakan)
Huruf-huruf idgham bil
ghunnah : ﻱ ـ ﻥ ـ ﻡ ـ ﻭ
Huruf-huruf idgham bila ghunnah
: ﻝ ـ ﺭ
Contoh-contoh idgham :
ﺃﻥ ﻳﻀﺮﺏ ـ ﺧﻴﺮﺍ ﻳﺮﺍﻩ ـ ﻣﺎﻻ
ﻟﺒﺪﺍ ـ ﺃﻥ ﻟﻢ
Dikecualikan empat kata yang
tidak boleh dibaca sesuai
dengan kaidah ini, karena
pertemuan nun mati dengan
huruf idgham dalam satu kata.
Cara membacanya harus
jelas dan disebut izhhar
muthlaq, yaitu:
ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ـ ﺑﻨﻴﺎﻥ ـ ﻗﻨﻮﺍﻥ ـ
ﺻﻨﻮﺍﻥ
- Iqlab, yaitu pengucapan nun
mati atau tanwin yang
bertemu dengan huruf ba’
yang berubah menjadi mim dan
disertai dengan ghunnah.
Contoh-contoh iqlab: ﺃﻥ ﺑﻮﺭﻙ
ـ ﻳﻨﺒﻮﻉ ـ ﺳﻤﻴﻊ ﺑﺼﻴﺮ
- Ikhfa’
Haqiqi, yaitu pengucapan nun mati atau
tanwin ketika bertemu dengan
huruf-huruf ikhfa’
memiliki sifat antara izhhar
dan idgham dengan disertai
ghunnah. Huruf-huruf ikhfa’
berjumlah 15, yaitu:
ﺹ ـ ﺫ ـ ﺙ ـ ﻙ ـ ﺝ ـ ﺵ ـ ﻕ ـ ﺱ
ـ ﺩ ـ ﻁ ـ ﺯ ـ ﻑ
ـ ﺕ ـ ﺽ ـ ﻅ
Contoh ikhfa’
haqiqi: ﻣﻦ ﺻﻴﺎﻡ ـ ﻓﺎﻧﺼﺮﻧﺎ ـ ﻣﺎﺀ ﺛﺠﺎﺟﺎ
ـ ﻗﻮﻻ ﺳﺪﻳﺪﺍ
2. HUKUM MIM MATI
- Ikhfa’
Syafawi, yaitu apabila mim mati bertemu
dengan ba’.
Cara pengucapannya mim tampak samar
(bibir tanpa ditekan kuat)
disertai dengan ghunnah.
Contoh: ﺗﺮﻣﻴﻬﻢ ﺑﺤﺠﺎﺭﺓ
- Idgham Mitslain, atau idgham
mimi yaitu apabila mim
mati bertemu dengan mim. Cara
pengucapannya harus
disertai dengan ghunnah.
Contoh: ﺇﻧﻬﺎ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻣﺆﺻﺪﺓ
- Izh-har Syafawi, yaitu
apabila mim mati bertemu
dengan selain huruf mim dan
ba’. Cara pengucapannya
adalah mim harus dibaca jelas,
harus tampak jelas tanpa
ghunnah, terutama ketika
bertemu dengan fa’ dan waw.
Sedikitpun mim tidak boleh
terpengaruh makhroj fa’ dan
waw walaupun makhrojnya
berdekatan/sama. Contoh:
ﺃﻟﻢ ﺗﺮ ﻛﻴﻒ ـ ﻫﻢ ﻓﻴﻬﺎ ﺧﺎﻟﺪﻭﻥ
3. HUKUM MIM DAN NUN
BERTASYDID
Setiap mim dan nun yang
bertasydid wajib dighunnahkan.
Ketika membaca mim yang
bertasydid cara membacanya
bibir harus merapat dengan
sempurna, dan ketika
membaca nun yang bertasydid
ujung lidah harus
menempel pada makhroj nun
dengan sempurna/kuat.
Contoh:
ﻋﻢ ﻳﺘﺴﺎﺀﻟﻮﻥ ـ ﻓﺄﻣﻪ ﻫﺎﻭﻳﺔ ـ
ﻳـﺄﻳﻬﺎﺍﻟﻤﺰﻣﻞ
4. HUKUM LAM TA’RIF
(ALIF LAM)
Berdasarkan cara pembacaannya
ini, alif lam dibagi
menjadi dua macam :
- Alif Lam Qamariyah, yakni
alif lam harus dibaca
jelas ketika menghadapi
huruf-huruf berikut: ﺀ ـ ﺏ ـ ﻍ
ـ ﺡ ـ ﺝ ـ ﻙ ـ ﻭ ـ ﺥ ـ ﻑ ـ ﻉ ـ
ﻕ ـ ﻱ ـ ﻡ ـ ﻩ
Contoh : ﺍﻟﺨﺎﻟﻖ ـ ﺍﻟﻌﻠﻢ ـ
ﺍﻟﻘﺎﺩﺭ ـ ﺍﻟﻤﺮﺟﺎﻥ ـ ﺍﻟﺠﻨﺔ
- Alif Lam Syamsiyah, yakni
alif lam harus dibaca
idgham (masuk ke dalam huruf
berikutnya) apabila
bertemu dengan huruf-huruf
berikut:
ﻁ ـ ﺙ ـ ﺹ ـ ﺭ ـ ﺕ ـ ﺽ ـ ﺫ ـ ﻥ
ـ ﺩ ـ ﺱ ـ ﻅ ـ ﺯ
ـ ﺵ ـ ﻝ
Contoh: ﺍﻟﻨﻮﺭ ـ ﺍﻟﺪﻳﻦ ـ ﺍﻟﺼﻼﺓ
ـ ﺍﻟﻠﻴﻞ
5. HUKUM MAD
Mad adalah memanjangkan lama
suara ketika
mengucapkan huruf mad. Huruf
mad ada tiga yaitu :
- ﻭ (waw sukun) yang huruf
sebelumnya berharokat
dhommah.
- ﻱ (ya’
sukun) yang huruf sebelumnya berharokat
kasrah.
- ﺍ (alif) yang huruf
sebelumnya berharakat fat-hah.
Contoh: ﻧﻮﺣﻴـﻬـﺎ
Mad secara umum terbagi
menjadi dua, yaitu Mad Ashli
dan Mad Far’i.
I. Adapun pembagian mad Ashli
adalah sebagai berikut:
a. Mad Thabi’i,
yaitu mad yang tidak terpengaruhi oleh
sebab hamzah atau sukun,
tetapi didalamnya ada salah
satu huruf mad yang tiga;
alif, ya’, waw. Contoh: ﺇﻳﺎﻙ
– ﻳﺪﺧﻠﻮﻥ – ﻓﻲ ﺟﻴﺪﻫﺎ
b. Mad Badal, yaitu apabila
terdapat hamzah bertemu
dengan mad. Panjangnya 2
harakat.
Contoh: ﺃﻭﺗﻲ –
ﺀﺍﺩﻡ – ﺇﻳﻤﺎﻥ – ﺍﻳﺘﻮﻧﻲ
c. Mad ‘Iwadh,
yaitu berhenti pada huruf yang
bertanwin fat-hah. Panjangnya
2 harakat. Catatan:
Huruf Hamzah yang bertanwin
fat-hah terkadang
disudahi dengan alif, atau
terkadang didahului alif, cara
membaca tetap sama 2 harakat.
Dan pengecualian
berhenti pada Ta’
Marbuthah yang bertanwin fat-hah
cara membacanya ta’
harus mati dan berubah menjadi
Ha’.
Contoh: ﻋﻠﻴﻤﺎ ﺣﻜﻴﻤﺎ –
ﻏﻔﻮﺭﺍ ﺭﺣﻴﻤﺎ – ﻟﻴﺴﻮﺍ
ﺳﻮﺍﺀ –
ﺟﺰﺀﺍ
d. Mad Tamkin, yaitu apabila
terdapat ya’ bertasydid
bertemu dengan ya’
sukun. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: ﻭﺇﺫﺍ ﺣﻴﻴﺘﻢ –
ﻓﻲ ﺍﻷﻣﻴﻴﻦ
e. Mad Shilah Qashirah, yaitu
apabila terdapat ha’
dhamir (bunyi hu atau hi)
bertemu dengan selain
hamzah. Panjangnya 2 harakat.
Contoh: ﻭﺍﻣﺮﺃﺗﻪ ﺣﻤﺎﻟﺔ ﺍﻟﺤﻄﺐ –
ﻻ ﺗﺄﺧﺬﻩ ﺳﻨﺔ ﻭﻻ
ﻧﻮﻡ
Keterangan:
- Ha’
dhamir tidak dibaca panjang 2 harakat apabila
salah satu huruf sesudah atau
sebelumnya mati. Kecuali
ayat 69 didalam surah
Al-Furqan, yaitu:
ﻭﻳﺨﻠﺪ ﻓﻴﻪ ﻣﻬﺎﻧﺎ maka ha’
dibaca panjang 2 harakat
walaupun sebelumnya didahului
huruf mati. Mad ini
disebut Mad Al-Mubalaghah.
- Selain ha’
dhamir tidak dibaca panjang.
Contoh: ﻟﻢ ﻳﻨﺘﻪ ﻟﻨﺴﻔﻌﺎ
II. Adapun pembagian mad Far’i
adalah sebagai berikut:
- Mad Far’i
yang bertemu dengan hamzah ada 3 macam:
a. Mad Wajib Muttashil, yaitu
apabila terdapat mad
bertemu dengan hamzah dalam
satu kalimat. Panjangnya
4 harakat ketika washal,
sedangkan dalam keadaan
waqaf boleh dibaca 4, 5 atau
6 harakat.
Contoh: ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀ ﻧﺼﺮ ﺍﷲ –
ﻣﻦ ﻳﻌﻤﻞ ﺳﻮﺀﺍ …
b. Mad Ja’iz
Munfashil, yaitu apabila terdapat mad
bertemu dengan hamzah dalam
kalimat yang terpisah.
Panjangnya 4 atau 5 harakat.
Contoh: ﺍﷲ ﻭﻣﺎ ﺃﻣﺮﻭﺍ ﺇﻻ
ﻟﻴﻌﺒﺪﻭﺍ – ﻓﻲ ﺃﺣﺴﻦ
ﺗﻘﻮﻳﻢ
c. Mad Shilah Thawilah, yaitu
apabila terdapat ha’
dhamir bertemu dengan hamzah
dalam kalimat yang
terpisah. Panjangnya 4 atau 5
harakat.
Contoh: ﺃﻥ ﻣﺎﻟﻪ ﺃﺧﻠﺪﻩ –
ﻳﺸﻔﻊ ﻋﻨﺪﻩ ﺇﻻ ﺑﺈﺫﻧﻪ
- Mad Far’i
yang bertemu dengan Sukun atau Tasydid
ada 5 macam:
a. Mad Farqi, yaitu mad badal
sesudahnya berupa
huruf yang bertasydid.
Panjang 6 harakat. Mad ini hanya
terjadi pada 2 kalimat dan
terdapat di dalam tiga surat,
yakni surat Al-An’am
: 143-144, Yunus : 59 dan An-
Naml : 59.
Lafazhnya: ﻗﻞ ﺀ ﺍﻟﺬﻛﺮﻳﻦ –
ﺀ ﺍﷲ ﺧﻴﺮ
b. Mad Lazim Kilmiy
Mutsaqqal, yaitu apabila huruf
atau bacaan mad sesudahnya
berupa huruf yang
bertasydid. Panjangnya 6
harakat.
Contoh: ﻣﻦ ﺩﺍﺑﺔ –
ﺣـﺎﺝ – ﺗﺤـﺎﺿﻮﻥ
c. Mad Lazim Kilmiy
Mukhoffaf, yaitu mad badal
sesudahnya terdapat huruf
sukun. Panjangnya 6
harakat, dan mad ini hanya
terdapat pada surat Yunus:
51 dan 91. Contoh: ﺀﺍﻟـﻦ ﻭﻗﺪ
ﻛﻨﺘﻢ ﺑﻪ ﺗﺴﺘﻌﺠﻠﻮﻥ
d. Mad Lazim Harfiy
Mutsaqqal, yaitu mad yang
terjadi pada huruf Muqaththa’ah
yang terdapat di
sebagian beberapa awal surat.
Cara membaca huruf
tersebut sesuai dengan nama
hurufnya, dibaca panjang
6 harakat dan diidghamkan.
Contoh: ﺍﻟـﻢ = ﺃﻟﻒ ﻻﻡ
ﻣﻴﻢ –
ﻃﺴﻢ = ﻃﺎ ﺳﻴﻦ ﻣﻴﻢ
e. Mad Lazim Harfiy
Mukhaffaf, yaitu mad yang
terjadi pada huruf Muqaththa’ah
yang terdapat
disebagian beberapa awal
surat. Cara membaca huruf
tersebut sesuai dengan nama
hurufnya, dibaca panjang
6 harakat, tetapi tanpa
diidghamkan. Contoh: ﻕ = ﻗﺎﻑ
– ﻋﺴﻖ = ﻋﻴﻦ ﺳﻴﻦ ﻗﺎﻑ
- Mad Far’i
karena waqaf, ada 2 macam:
a. Mad ‘Aridh
Lissukun, yaitu apabila mad thabi’i
jatuh sebelum huruf yang
diwaqafkan. Panjangnya boleh
2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: ﺇﻥ ﻛﻨﺘﻢ ﻣﺆﻣﻨﻴﻦ –
ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ
b. Mad Liin, yaitu apabila
berhenti pada suatu huruf
sebelumnya berupa waw sukun
atau ya’ sukun yang
didahului oleh huruf
berharakat fat-hah. Panjangnya
boleh 2, 4 atau 6 harakat.
Contoh: ﺧﻮﻑ –
ﺍﻟﺼﻴﻒ – ﺍﻟﺒﻴﺖ – ﻋﻠﻴﻪ –
ﻣﺜﻞ
ﺍﻟﺴﻮﺀ
6. AT-TAFKHIM DAN AT-TARQIQ
Tafkhim berarti menebalkan
suara huruf, sedangkan
Tarqiq adalah menipiskannya.
Tafkhim dan Tarqiq
terdapat pada 3 hal :
a. Lafazh Jalalah, yaitu
lafazh Allah. Al Jalalah
maknanya adalah kebesaran
atau keagungan. Cara
membacanya ada dua macam,
yaitu tafkhim dan tarqiq.
Lafazh Jalalah dibaca tafkhim
apabila keadaannya
sebagai berikut:
- Berada di awal susunan
kalimat atau disebut
Mubtada’
(Istilah tata bahasa Arab). Contoh: ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﺇﻟـﻪ
ﺇﻻ ﻫﻮ ﺍﻟﺤﻲ ﺍﻟﻘﻴﻮﻡ
- Apabila Lafazh Jalalah
berada setelah huruf
berharakat fat-hah.
Contoh: ﻗﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ
- Apabila Lafazh Jalalah
berada setelah huruf
berharakat dhammah.
Contoh: ﻧﺎﺭ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻤﻮﻗﺪﺓ
Sedangkan dibaca Tarqiq
apabila sebelum lafazh Jalalah
huruf berharakat kasroh.
Contoh: ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ
ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ
b. Huruf-huruf Isti’la
( ﺥ – ﺹ – ﺽ –
ﻍ – ﻁ –
ﻕ –
ﻅ )
Semua huruf isti’la
harus dibaca tafkhim, dengan dua
tingkatan. Pertama, tingkatan
tafkhim yang kuat, yakni
ketika sedang berharakat
fat-hah atau dhammah.
Kedua, adalah tingkatan
tafkhim yang lebih ringan, yakni
ketika berharakat kasrah atau
ketika sukun dengan
huruf sebelumnya berharakat
kasrah. Juga harus dibaca
tafkhim apabila nun mati atau
tanwin (hukum ikhfa’
haqiqi) bertemu dengan huruf
isti’la, kecuali apabila
bertemu dengan huruf ghain
dan kha’. Sebaliknya,
seluruh huruf istifal
(huruf-huruf selain huruf isti’la)
harus dibaca tarqiq, kecuali
ra’ dan lam pada lafazh
jalalah.
c. Huruf Ra’,
dibacanya tafkhim apabila:
- Ketika berharakat fat-hah.
- Ketika berharakat dhammah.
- Ra’
sukun sebelumnya berharakat fat-hah.
- Ra’
sukun sebelumnya huruf berharakat dhammah.
- Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf
berharakat fat-hah.
- Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf
berharakat dhamaah.
- Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya alif.
- Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya waw.
- Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf yang mati,
dan didahului huruf
fat-hah atau dhammah.
- Ra’
sukun sebelumnya hamzah washal.
- Ra’
sukun sebelumnya huruf berharakat kasrah dan
sesudahnya huruf isti’la
tidak berharakat kasrah serta
berada dalam satu
kalimat.
Sedangkan huruf Ra’
dibaca tarqiq apabila keadaannya
sebagai berikut:
- Ra’
berharakat kasrah.
- Ra’
sukun sebelumnya berharakat kasrah dan
sesudahnya bukan huruf isti’-
la, atau bertemu huruf isti’la
namun dalam kata yang
terpisah.
- Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya huruf kasrah
atau ya’
sukun.
- Ra’
sukun karena waqaf sebelumnya bukan huruf
isti’la
dan sebelumnya di
dahului oleh kasrah.
Kemudian Ra’
yang boleh dibaca tafkhim atau tarqiq:
- Ra’
sukun sebelum berharakat kasrah dan sesudahnya
huruf isti’la
berhara-
kat kasrah.
- Ra’
sukun karena waqaf, sebelumnya huruf isti’la
sukun yang diawali de-
ngan huruf berharakat kasrah.
- Ra’
sukun karena waqaf dan setelahnya terdapat ya’
terbuang.
7. IDGHAM
Idgham artinya memasukkan
atau melebur huruf. Idgham
dibagi 3 yaitu:
a. Idgham Mutamatsilain,
yaitu apabila
berhadapannya dua huruf yang
sama makhraj dan
sifatnya.
Contoh: ﺍﺿﺮﺏ ﺑﻌﺼﺎﻙ ﺍﻟﺤﺠﺮ –
ﻭﻗﺪ ﺩﺧﻠﻮﺍ –
ﻳﺪﺭﻛـﻜﻢ ﺍﻟﻤﻮﺕ
b. Idgham Mutajanisain, yaitu
apabila berhadapannya
dua huruf yang sama
makhrajnya, namun sifatnya
berlainan. Yaitu pada makhraj
huruf:
( ﻁ-ﺩ-ﺕ( –
)ﻅ-ﺫ-ﺙ( – )ﻡ-ﺏ )
Contoh: ﻗـﺪ ﺗﺒﻴـﻦ dibaca
langsung masuk ke huruf ta’
ﺍﺭﻛﺐ ﻣﻌﻨـﺎ dibaca langsung
masuk ke huruf mim
c. Idgham Mutaqaribain, yaitu
apabila
berhadapannya dua huruf yang
ham-pir sama makhraj
dan sifatnya. Yaitu pada
huruf ﻕ – ﻙ dan ﻝ – ﺭ .
Contoh: ﺃﻟﻢ ﻧﺨﻠﻘـﻜﻢ dibaca
tanpa meng-qalqalah-kan
qaf
ﻭﻗﻞ ﺭﺏ dibaca tanpa menampakkan
lam
8. TANDA-TANDA WAQAF
(BERHENTI)
- ﻡ yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan penekanan
untuk berhenti.
- ﻻ yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan dilarang
berhenti secara total (tidak
melanjutkan membaca lagi),
jika sekedar mengambil nafas
dibolehkan.
- ﺻﻠﻰ yaitu tanda waqaf boleh
berhenti, namun
washal lebih utama.
- ﺝ yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan waqaf atau
washal sama saja.
- ﻗﻠﻰ yaitu tanda waqaf yang
menunjukkan lebih baik
berhenti.
- yaitu tanda waqaf agar
berhenti pada salah satu
kata.
9. ISTILAH-ISTILAH DALAM
AL-QUR’AN
a. Sajdah. Pada ayat-ayat
sajdah disunahkan
melakukan sujud tilawah.
Sujud ini dilakukan di dalam atau
diluar shalat, disunahkan
pula bagi yang membaca dan
yang mendengarkannya. Hanya
saja ketika didalam
shalat, sujud atau tidaknya
tergantung pada imam. Jika
imam sujud, makmum harus
mengikuti, dan begitu pula
sebaliknya. Ayat Sajdah
terdapat dalam surat: 7:206,
13:15, 16:50, 17:109, 19:58,
22:18, 22:77, 25:60,
27:26, 32:15, 38:24, 41:37,
53:62, 84:21, 96:19.
b. Saktah ( ﺱ ) yaitu berhenti
sejenak tanpa
bernafas. Ada didalam surat:
18:1-2, 36:52, 75:27,
83:14. Contoh: ﻛﻼ ﺑﻞ ﺭﺍﻥ
c. Isymam, yaitu menampakkan
dhammah yang
terbuang dengan isyarat
bibir. Isymam hanya ada di surat
Yusuf ayat 11, pada lafazh ﻻ
ﺗﺄﻣﻨﺎ
d. Imalah, artinya pembacaan
fat-hah yang miring ke
kasrah. Imalah ada di dalam
surat Hud ayat 41, pada
lafazh ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺠﺮﻫﺎ dibaca “MAJREHA”.
e. Tas-hil, artinya membaca
hamzah yang kedua
dengan suara yang ringan atau
samar. Tas-hil dibaca
dengan suara antara hamzah
dan alif. Terdapat di dalam
surat Fushshilat ayat 44,
pada lafazh ﺃﺃﻋﺠﻤﻲ
hamzah yang kedua terdengar
seperti ha’.
f. Nun Al-Wiqayah, yaitu nun
yang harus dibaca
kasrah ketika tanwin bertemu
hamzah washal, agar
tanwin tetap terjaga.
Contoh: ﻧﻮﺡ ﺍﺑﻨﻪ –
ﺟﻤﻴﻌﺎ ﺍﻟﺬﻱ
g. Ash-Shifrul Mustadir,
yaitu berupa tanda (O) di
atas huruf mad yang
menunjukkan bahwa mad tersebut
tidak dibaca panjang, baik
ketika washal maupun waqaf
(bentuknya bulatan sempurna,
dan biasanya terdapat di
mushaf-mushaf timur tengah).
Contoh: ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻛﻔﺮﻭﺍ
h. Ash-Shifrul Mustathilul Qa’im,
yaitu berupa
bulatan lonjong tegak (0)
biasanya diletakkan di atas
mad. Mad tersebut tidak
dibaca panjang ketika washal,
namun dibaca panjang ketika
waqaf.
Contoh: ﺃﻧﺎ ﺧﻴﺮ –
ﻟﻜﻨﺎ
i. Naql, yaitu memindahkan
harakat hamzah pada huruf
sebelumnya.
Contoh: ﺑﺌﺲ ﺍﻻﺳﻢ dibaca
ﺑﺌﺴﻟﺴﻢ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar